Artikel
Klik Press Release Policy Corner untuk mengunduh file
Keenan Mukti Sinatriya Shangga Nagari (Pariwisata FIB) dan Merlangen Enfani Harismina (Teknik Arsitektur) berhasil terpilih mewakili DIY dalam KPN 2016. Bersama dengan 100 pemuda perwakilan provinsi Indonesia, keduanya mengikuti KPN dan acara puncak Sail Selat Karimata di kanyong, Kalimantan Barat, pada 15 Oktober 2016 lalu. Dalam kegiatan tersebut turut mengundang perwakilan delegasi dari berbagai negara sahabat di kawasan ASEAN.
“Dalam KPN ini kami membawa misi persahabatan dan memperkenalkan kebudayaan serta potensi DIY kepada delegasi lain,” kata Keenan, Senin (7/11).
Kapal Pemuda Nusantara mulai berlayar pada 8 Oktober 2016 dari Jakarta dan berlabuh di Kayong, Kalimantan Barat pada 15 Oktober 2015 untuk mengikuti puncak Sail Selat Karimata pada 15 Oktober 2016. Acara puncak Sail Selat Karimata dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Selain itu turut hadir beberapa menteri Kabinet Kerja seperti Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Menteri Pariwisata Arif Yahya. Berikutnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo.
“Dalam puncak Sail Selat karimata, kami bertugas bertugas menyambut Presiden dan tamu-tamu negara,” tuturnya.
Keenan menyampaikan selama mengikuti KPN, mereka melakukan berbagai kegiatan di bidang sosial dan kebudayaan. Menetap selama beberapa hari di pemukiman warga lokal dan melakukan audiensi dengan pemerintah daerah setempat serta menjalani aktivitas pertukaran kebudayan.
“Saat itu kami diberikan kesempatan menampilkan tarian kesenian DIY yaitu Tari Angguk,” ungkapnya.
Keenan mengaku bangga dapat terpilih menjadi salah satu delegasi dalam KPN 2016. Melalui kegiatan ini banyak ilmu dan pengalaman baru yang diperolehnya terutama terkait dunia bahari.
“Lewat KPN ini bisa mengenal lebih dalam potensi kelautan Indonesia,” katanya. (Humas UGM/Ika)
“Prestasi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami karena bisa mewakili Indonesia dan Asia dalam diplomasi kebudayaan serta membuahkan hasil yang cukup membanggakan bangsa,” kata Ketua tim diplomasi budaya Rampoe UGM, Muhammad Aziz, saat dihubungi di Praha, Selasa (1/11).
Aziz menuturkan dalam misi kebudayaan Eropa ini Rampoe menurunkan 22 penari yang terdiri dari 13 penari putri dan 9 penari putra dan didukung dengan 1 manajer dan 2 fotografer. Selama kompetisi, Rampoe menampilkan 4 tarian dalam 6 kali pertunjukan yakni Tari Ratoeh Jaroe, Tari Meusare-sare kolaborasi Tari Tarek Pukat dan Rapa’i Geleng.
“Tari Meusare-sare kolaborasi Tarek Pukat berhasil memukau dewan juri dan akhirnya kami dinyatakan sebagai pemenang menyingkirkan 15 tim performer dari negara lain,”ungkapnya.
Kemenangan Rampoe tidak lepas dari latihan dan kerja keras anggotanya. Selain itu, juga tidak lepas dari dukungan berbagai pihak seperti Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Kagama, Pertamina, BNI, Kemenpora, Mensesneg, dan KBRI Republik Ceko.
“Terima kasih atas doa serta dukungannya, semoga kedepan Rampoe bisa terus berpretasi mengharumkan nama bangsa,” kata Aziz.
Atas prestasi tersebut, Rampoe UGM berhak melaju ke World of Youth Cruise Festival 2018. Selain mengikuti kompetisi, Rampoe UGM juga berkesempatan mengikuti tour kebudayaan. Dalam tour tersebut Rampoe UGM sekaligus membangun integritas dengan beberapa Kedutaan Besar (Kedubes) di Eropa yaitu Kedubes RI di Republik Ceko, Belanda dan Jerman. Dalam kegiatan itu mereka berupaya menjalin komunikasi dengan para diplomat yang akan selalu berintegrasi dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Indonesia.
Rampoe UGM merupakan unit kegiatan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UGM yang dibentuk pada bulan Oktober 2009 silam yang bergerak di bidang kesenian yaitu tarian tradisional Aceh. Sederet prestasi berhasil ditorehkan Rampoe dalam berbagai kegiatan di tingkat nasional maupun dunia seperti menjalani misi diplomasi budaya dalam Nang Ying International Folklore Festival di Taiwan (2016), Festival of Colour 0f The World di Malaysia (2016), juara 1 dalam 10th National Folklore Festival di UI (2016), Festival Mondial De Folklore De La Ville De Saint Ghislain, Belgia dan Festi’roche La Moliere Perancis (2014), serta meraih penghargaan Best Interantional Group dan 2 nd Best Music Award di Festival of Colour of The World di Malaysia (2011). (Humas UGM/Ika; foto: Agung Mustafa)