
Sleman (21/05) – Program Studi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan kuliah umum yang mengangkat isu kontemporer dalam dunia kepemimpinan. Bertempat di Auditorium Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Gedung Masri Singarimbun lantai 2, kuliah umum kali ini mengusung tema “Leadership dan Followership di Era Digital: Pergeseran Paradigma dan Peran.”. Narasumber utama adalah Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA, alumnus program DKIK, dengan moderator Asmarawati Handoyo, Ph.D.
Dalam paparannya, Dr. Bachtiar mengkritisi dominasi pendekatan leader-centric dalam studi kepemimpinan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ia menyampaikan bahwa kajian kepemimpinan cenderung bersifat overdosis dan over simplified, dengan terlalu menekankan pada peran pemimpin semata dan mengabaikan kontribusi strategis dari para pengikut (followers).
Dengan mengutip Barbara Kellerman, Ira Chaleff, dan Robert Kelley, Dr. Bachtiar menjelaskan bahwa followership bukan hanya pelengkap, tetapi merupakan komponen penting dalam hubungan timbal balik yang membentuk dinamika kepemimpinan. Pergeseran menuju follower-centric perspective merupakan koreksi penting terhadap narasi lama yang menempatkan pengikut sebagai subjek pasif.
Dr. Bachtiar memaparkan hasil penelitian disertasinya pada organisasi keagamaan besar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Temuan menunjukkan bahwa peran pengikut muda dari kedua organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan pemimpin. Misalnya, dalam isu strategis seperti penetapan kalender hijriah global, konsesi tambang, dan penarikan dana dari BSI, terdapat peningkatan dukungan signifikan dari pengikut Muhammadiyah setelah keputusan resmi diambil oleh pimpinan pusat, mengindikasikan kepercayaan dan kohesi antara leader dan follower.
Dr. Bachtiar menutup kuliah umumnya dengan menekankan pentingnya leadership literacy dan followership literacy sebagai dua kompetensi sosial yang krusial dalam menghadapi kompleksitas zaman. Kepemimpinan yang baik tidak cukup hanya dengan memiliki visi. Ia harus mampu membangun relasi yang sehat dan saling memengaruhi dengan para pengikutnya.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa magister dan doktor, serta peneliti yang tertarik untuk mengeksplorasi dimensi relasional dalam kepemimpinan digital. Kuliah umum ini menandai pentingnya pendekatan kolaboratif dan saling percaya antara pemimpin dan pengikut, terutama dalam konteks pemerintahan, organisasi sosial, dan masyarakat digital.
Penulis: Citra Sekarjati