
Tokyo (16/12) – Delegasi Program Studi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDKIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Jepang, dalam upaya memperkuat hubungan bilateral dan kerja sama strategis di berbagai bidang.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Dr. Widyanto Dwi Nugroho; Ketua Program Studi MKIK, Prof. Ahmad Maryudi; Ketua Program Studi DKIK, Prof. Agus Heruanto Hadna; Atase Pendidikan RI di Jepang, Prof. Amzul Rifin, Ph.D.; Atase Kehutanan RI di Jepang, Bapak Zahrul Muttaqin; Dosen serta beberapa Staf MDKIK.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Widyanto Dwi Nugroho mengucapkan terima kasih atas penerimaan hangat dari KBRI Tokyo. Beliau menekankan pentingnya kerja sama yang lebih erat antara Indonesia dan Jepang, khususnya dalam mendukung internasionalisasi akademik Program Studi MDKIK. Selain itu, beliau juga menyoroti perlunya memperluas kolaborasi dalam penelitian dan beasiswa, seperti yang telah dilakukan di bidang rekayasa pertanian, agar mencakup kebijakan kepemimpinan dan inovasi.
Pentingnya Kerja Sama Indonesia-Jepang
Jepang merupakan salah satu mitra ekonomi terbesar Indonesia, terutama dalam bidang kehutanan. Saat ini, Jepang menjadi salah satu negara pengimpor produk kayu terbesar dunia, setelah Cina. Atase Kehutanan RI di Jepang, yang merupakan satu-satunya atase kehutanan Indonesia di dunia, memainkan peran penting dalam mendukung kebijakan ekspor-impor kayu antara kedua negara. Sebagai tambahan, hubungan bilateral ini juga mencakup program pendidikan. Atase Pendidikan RI di Jepang menyampaikan bahwa Jepang menjadi tujuan utama mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi melalui program double degree atau joint degree, khususnya di bidang teknik dan ilmu sosial. Saat ini terdapat lebih dari 7.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang.
Peluang dan Tantangan di Masa Depan
Prof. Ahmad Maryudi menekankan pentingnya pendekatan tiga pilar – pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil – dalam memfasilitasi kolaborasi strategis. Selain itu, beliau menyampaikan harapan untuk memperluas kerja sama riset dan kebijakan publik, terutama dalam bidang kehutanan, pengelolaan sampah, dan perubahan perilaku masyarakat. “Kondisi sosial antara Indonesia dan Jepang memiliki banyak kesamaan. Hal ini menjadi peluang besar untuk memperluas riset dalam bidang humaniora dan kebijakan publik,” ujar Prof. Maryudi.
Kerja sama yang lebih erat juga diharapkan dapat mendorong transfer pengetahuan di bidang kehutanan dan pengolahan kayu, yang menjadi salah satu keunggulan Jepang. Sebagai negara dengan 170.000 warga Indonesia di Jepang, termasuk pekerja terampil di bidang kehutanan, hubungan ini mencerminkan situasi saling melengkapi yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan kedua negara.
Langkah Strategis Selanjutnya
Diskusi di KBRI Tokyo menghasilkan beberapa langkah strategis untuk mendukung keberlanjutan kerja sama antara Indonesia dan Jepang. Salah satu poin penting adalah perlunya pembahasan lebih lanjut terkait pendanaan riset bersama, kolaborasi akademik, dan pengembangan program double degree di bidang kebijakan publik.
“Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada aspek pendidikan, tetapi juga pada kajian-kajian strategis yang dapat memberikan dampak signifikan bagi hubungan kedua negara,” ujar Prof Amzul Rifin.
Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kolaborasi yang lebih besar antara Program Studi MDKIK UGM dan mitra-mitra strategis di Jepang, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, maupun budaya.
Editor: Clarashinta Arumdani