Hong Kong (13/01) – Program Studi Magister dan doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDKIK) Sekolah Pascasarjana melaksanakan kegiatan Studi Inovasi bertajuk “Fostering Change Through Innovation: Insights from Lingnan University’s Policy Innovative Program”, Program ini merupakan kegiatan studi inovasi pertama yang dilaksanakan di luar negeri oleh Program Studi MDKIK bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Barito Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang inovasi serta praktik kebijakan publik di Hongkong yang telah berhasil diterapkan di masyarakat.
Pada hari pertama, mahasiswa Program Studi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDKIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengunjungi Forward Living. Forward Living merupakan komunitas hunian lansia di Tuen Mun, Hongkong, yang memiliki konsep perawatan lansia yang menekankan pendekatan berbasis individu. Kunjungan ini memberikan wawasan praktis kepada peserta tentang bagaimana teknologi dan desain berbasis komunitas diterapkan untuk mendukung masa tua yang sehat, aktif, dan mandiri seperti tujuan Forward Living. Forward Living, yang dikenal dengan pendekatan yang berbasis customization dan community-driven care, menjadi model penting bagi pengembangan kebijakan publik di bidang layanan lansia.
[metaslider id=”5150″]
Kegiatan ini dibuka oleh Stephanie Law, Managing Director Culture Home, didampingi Superitendent Forward Living, Raphael Kei. Culture Home merupakan organisasi utama yang menaungi Forward Living dan The Living Gallery yang bekerja secara sinergis untuk meningkatkan pelayanan pada lansia.
Pada sesi diskusi, salah satu mahasiswa MKIK dari Barito Selatan, Syifa Fuadi, bertanya tentang peran pemerintah Hong Kong dalam mendukung kehidupan lansia, terutama terkait harapan hidup yang terus meningkat (super-aging society) dan pengembangan infrastruktur. Syifa juga menyoroti bagaimana Hong Kong menghadapi tantangan populasi lansia yang terus bertambah dengan fasilitas yang terbatas.
Menanggapi pertanyaan tersebut, perwakilan Forward Living menjelaskan bahwa Hong Kong, sebagai salah satu masyarakat yang menuju super-aging society, menghadapi tantangan besar dalam menyediakan layanan lansia. Pemerintah Hong Kong memainkan tiga peran utama dalam mendukung populasi lansia:
1. Mendukung caregiver: Pemerintah memberikan subsidi kepada anggota keluarga atau individu yang merawat lansia, mengingat banyak caregiver bekerja tanpa upah dan harus mengorbankan waktu serta pekerjaan mereka.
2. Mendorong investasi melalui inovasi: Pemerintah menawarkan insentif kepada sektor swasta untuk berinvestasi dalam layanan lansia, termasuk mendukung pengadaan teknologi inovatif, seperti peralatan rehabilitasi, melalui pendanaan yang fleksibel.
3. Meningkatkan layanan lansia di rumah: 90% lansia Hong Kong tinggal suatu grup/komunitas, pemerintah fokus pada kebijakan yang memungkinkan mereka untuk menghabiskan masa tua di rumah dengan menyediakan layanan daycare dan teknologi yang mendukung kemandirian lansia.
Selain itu, harapan hidup di Hong Kong yang tinggi, dengan rata-rata wanita mencapai usia 93 tahun dan pria 87 tahun, pemerintah Hong Kong mendukung lansia dengan program kesehatan publik yang efektif, seperti pemeriksaan gratis untuk deteksi dini penyakit.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk mengembangkan model serupa di Indonesia, yang relevan dengan kebutuhan lokal, termasuk membangun sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam menyediakan layanan perawatan lansia yang inovatif dan berkelanjutan.
Penulis: Clarashinta Arumdani