Bagi Juwita memilih Studi Kebijakan adalah pilihan yang mudah sebab ia merupakan kelanjutan dari konsens yang telah lama ia geluti sehabis menamatkan kuliahnya di Universitas Brawijaya. Begitu gelar sarjana bidang Ilmu Komunikasi ia raih Juwita memutuskan untuk terjun langsung membantu negeri sebagai guru melalui gerakan Indonesia Mengajar yang digagas Anies Baswedan. Diterjunkan di Lebak Banten, ia melihat bagaimana implementasi kebijakan yang seringkali mandul di lapangan.
“Pengalaman saya di sebagai Pengajar Muda di daerah terpencil di bawah gerakan Indonesia Mengajar membuat saya menyadari bahwa kalau saya mau mengkritik harus paham masalahnya. Supaya kita bisa memahami masalahnya secara sistematis dan menawarkan solusi maka kita harus tahu bagaimana memetakan masalah, membuat rumusan masalah, melakukan analisis, dan membuat rekomendasi. Di setiap tahapan banyak sekali tantangannya karena melibatkan banyak stakeholders dan kepentingan yang seringkali aspek politisnya yang lebih kuat.”
Aktif beberapa saat di gerakan Turun Tangan dan Yayasan Indonesia Initiative yang bergerak di bidang Impact Investment Fund, ia akhirnya berniat untuk melanjutkan studi di bidang yang selama ini dekat dengan hidupnya. Maka ia mantap memilih Studi Kebijakan di Program Studi MDSK UGM yang berada di bawah naungan PSKK (Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan), pusat studi kependudukan dan kebijakan tertua di Indonesia.
“Studi kebijakan adalah pilihan terbaik karena sesuai dengan passion saya di bidang sosial dan pengembangan masyarakat. Kebijakan memiliki kompleksitasnya sendiri. Dulu ketika mahasiswa kita idealis. Kalau ada masalah selalu menyalahkan pemerintah. Padahal dalam implementasinya sangat sulit. Oleh karena diperlukan terobosan-terobosan agar kebijakan yang bagus dan sesuai dengan standar yang ideal bisa diterapkan di lapangan.”
Dengan bantuan beasiswa LPDP ia mengambil program master studi kebijakan. Berbagai kelebihan MDSK menjadi daya tarik bagi Juwita untuk masuk ke jurusan ini, di antaranya bentuk perkuliahan yang mengintegrasikan antara kelas dan lapangan; melibatkan bukan hanya penelaahan teoritis melainkan juga upaya implementasinya dalam bentuk workshop dan internship penelitian di PSKK.
Berbeda dengan kuliah S1, kelas kecil (12 orang) di MSK membuat kuliah Juwita terasa nyaman, karena setiap orang memiliki kesempatan menyampaikan gagasannya dan mendapatkan umpan balik yang cukup dari dosen dan mahasiswa lain. Di samping itu, gedung Masri Singarimbun yang tenang juga sangat kondusif untuk belajar.
Lebih dari sekedar belajar, studi kebijakan, bagi Juwita, terasa menjadi pengalaman yang mengubah hidup (life changing experience) karena ia sebenarnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pembuat kebijakan dalam level yang micro paling sekalipun, sebagai individu, ibu rumah tangga ataupun pemimpin di lingkungan kita. Go for it, Juwita!
Juwita Fitrasari
Pengajar Muda, Indonesia Mengajar 2012-2013
MSK 2014
Sosok Juwita di Gerakan Turun Tangan bisa dilihat dalam video inspiratif di Youtube ini.